Untaian Langkah

Sunday, January 29, 2012

Nota Tentang Ibnu Taimiyah







إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَنَهَرٍ
فِي مَقْعَدِ صِدْقٍ عِندَ مَلِيكٍ مُّقْتَدِرٍ
“Sesungguhnya orang-orang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai, di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Berkuasa.” (QS. Al-Qamar: 54-55)

Itulah bacaan Alquran terakhir yang dilantunkan Ibnu Taimiyah sebelum akhirnya menghembuskan nafas terakhir pada malam Senin, tanggal 20 Dzulqa’dah tahun 728 Hijriyah. Penulis Kitab Majmu’ Al-Fatawa ini meninggal dunia dalam usia 67 tahun di sebuah penjara dalam benteng Damaskus.

Sebelumnya, begitu banyak ujian yang dialami Ibnu Taimiyah yang kerap berujung di hinaan dan penjara penguasa. Tapi semua itu, sedikit pun tidak mengubah keteguhan dan kesabaran beliau untuk selalu menyatakan yang benar adalah benar, dan yang batil adalah batil. Walaupun, hal tersebut harus ia sampaikan kepada para pembesar dan penguasa saat itu.

Pada tahun 705 Hijriyah, Sultan Mesir waktu itu, memindahkan paksa Ibnu Taimiyah dari Iskandariyah menuju Kairo. Masyarakat waktu itu begitu sedih karena harus kehilangan tokoh panutan yang senantiasa sabar membimbing mereka kepada jalan kebenaran Al-Islam.

Ibnu Taimiyah sendiri tidak paham maksud pemindahan dirinya ke Kairo. Setibanya di tempat tujuan, di benteng Shalahuddin, ternyata Ibnu Taimiyah dihadirkan dalam sebuah majelis para fuqaha dan penguasa yang akan mengadili Ibnu Taimiyah. Mereka secara bergantian mencerca Ibnu Taimiyah tanpa sedikit pun memberikan kesempatan kepada beliau untuk menjawab.

Ketika ada kesempatan Ibnu Taimiyah untuk memberikan jawaban, si pembawa acara langsung menegaskan, “Kamu hanya boleh menjawab singkat, bukan berceramah!”

Tidak puas dengan acara penghakiman itu, para pejabat pun memenjarakan Ibnu Taimiyah di suatu menara. Lalu, pada malam Idul Fitri, Ibnu Taimiyah dipindahkan ke sebuah penjara yang bernama Al-Jubb. Ia dipenjara selama delapan belas bulan.

Pada bulan Rabiul Awal tahun 707 H, ada seorang raja Arab yang bernama Hasamuddin Mahna bin Isa datang ke Mesir. Ia meninjau beberapa penjara, termasuk penjara di mana Ibnu Taimiyah tinggal. Saat itu, Ibnu Taimiyah pun dilepas atas permintaan raja Arab tersebut.

Ibnu Taimiyah kembali bermukim di Kairo. Beliau membuka majelis ta’lim yang diikuti begitu banyak murid. Umat Islam akhirnya bisa kembali mereguk keluasan ilmu penulis 18 kitab besar yang di antaranya Muqaddimah fi ‘Ilm At-Tafsir.

Beberapa hari pun berlalu seiring dengan kesibukan Ibnu Taimiyah mengajarkan ilmu-ilmu Islam kepada umat di Mesir waktu itu. Tiba-tiba, ada aliran sufi yang mengadukan Ibnu Taimiyah kepada hakim. Mereka menuduh Ibnu Taimiyah telah menghina Ibnu Arabi dan ulama tasawuf lainnya.

Hakim pun akhirnya memutuskan untuk memberikan dua pilihan kepada Ibnu Taimiyah: pindah ke Damaskus dengan memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu. Atau, masuk penjara. Tanpa banyak pertimbangan, Ibnu Taimiyah langsung memilih masuk penjara.

Keputusan ini pun langsung dihalangi oleh orang-orang terdekat Ibnu Taimiyah. Mereka memohon agar Ibnu Taimiyah lebih memilih pindah ke Damaskus daripada masuk penjara. Ibnu Taimiyah pun akhirnya setuju.

Sayangnya, orang-orang yang memang tidak suka dengan perjuangan Ibnu Taimiyah langsung melobi penguasa untuk tidak membiarkan Ibnu Taimiyah pergi ke Damaskus. Benar saja, keesokan harinya, Ibnu Taimiyah akhirnya dikembalikan ke Kairo. Kemudian, beliau dimasukkan ke penjara Mahkamah.

Waktu itu, Mesir di bawah kekuasaan Raja Al-Muzhaffar Baibras Al-Jasynakir, salah seorang murid tokoh sufi, Nashr Al-Munbaji yang juga fanatik dengan Ibnu Arabi.

Keputusan tidak mengenakkan lainnya pun menyusul. Ibnu Taimiyah diasingkan di Iskandaria pada malam terakhir dari bulan Shafar tahun 709 H.

Suatu kali, ketika masuk ke sebuah penjara, Ibnu Taimiyah mendapati banyak para tahanan yang bermain catur dan dadu, serta berbagai permainan lainnya. Sementara, shalat mereka tidak terurus.

Ibnu Taimiyah pun langsung meluruskan penyimpangan yang mereka lakukan. Dan, mengajak mereka untuk shalat, berdzikir, memperbanyak amal shaleh, istighar, dan doa. Ibnu Taimiyah pun mengajarkan kepada mereka ilmu Alquran dan Sunnah.

Menariknya, hanya dalam waktu singkat, penjara yang semula penuh dengan kelalaian, berubah menjadi majelis ilmu. Para penghuni penjara begitu sibuk dengan kajian, hafalan, tilawah, zikir, dan lain-lain. Bahkan, mereka yang sudah diperbolehkan untuk bebas, lebih memilih untuk berada dalam penjara karena ingin menimba ilmu lebih banyak dari Ibnu Taimiyah.

Ketika Sultan Nashir memimpin Mesir, kebijakan utamanya adalah membebaskan Ibnu Taimiyah dari penjara. Sultan memberikan kebebasan kepada Ibnu Taimiyah untuk mengajar ilmu di tempat mana saja yang ia pilih. Ibnu Taimiyah pun dipersilakan berkunjung ke mana pun. Masyarakat pun menyambut kebijakan Sultan dengan begitu gembira.

Suatu hari, Ibnu Taimiyah mendaftar sebagai tentara relawan untuk bergabung dengan tentara Mesir dalam berjihad melawan pasukan Tartar. Dalam kesempatan itu, beliau mampir ke Baitul Maqdis dan berangkat menuju Damaskus. Ibnu Taimiyah tiba di Damaskus pada awal Dzulqa’dah tahun 712 H.

Ibnu Taimiyah pun pergi menuju Syam, di tempat ini, beliau kembali mengajar, menulis kitab, dan menyampaikan beberapa fatwa kepada umat. Di luar dugaan, salah satu fatwa tersebut ternyata tidak disukai beberapa tokoh dan penguasa.

Ibnu Taimiyah pun dihadapkan dalam sebuah majelis yang dihadiri banyak tokoh, dan penguasa. Di situ, beliau dihakimi, dicerca, dan akhirnya dimasukkan kedalam penjara. Pada tanggal 24 Rajab 720 H, atas perintah Sultan, Ibnu Taimiyah dikeluarkan dari penjara yang telah mengurungnya selama lima bulan.

Keluarnya Ibnu Taimiyah dari penjara, ternyata kembali menyulut ketidaksukaan tokoh-tokoh dan para pejabat saat itu. Mereka pun kembali melobi raja untuk kembali menjebloskan Ibnu Taimiyah kedalam penjara.

Pada tanggal 7 Sya’ban 726 H, keluarlah perintah raja untuk memenjarakan Ibnu Taimiyah di benteng Damaskus. Bukan itu saja, murid-murid utama beliau pun ikut ditangkap. Mereka disiksa dan dipertontonkan kepada masyarakat. Termasuk di antara mereka, Ibnul Qayyim.

Walau dipenjara, Ibnu Taimiyah memanfaatkan momen itu untuk menulis kitab dan fatwa-fatwa kepada masyarakat yang kemudian disebarkan melalui orang-orang yang menjenguk beliau di penjara.

Hal inilah yang membuat geram penguasa waktu itu. Akhirnya, pada tanggal 9 Jumadil Akhir 728 H, dikeluarkan kebijakan baru untuk melarang apa pun yang keluar dari penjara. Ibnu Taimiyah pun dilarang membaca dan menulis.

Hal yang bisa dilakukan Ibnu Taimiyah adalah berdzikir dan melantunkan tilawah Alquran yang memang sudah melekat dalam hafalannya. Tidak kurang selama setiap sepuluh hari, beliau mengkhatamkan tilawahnya. Selama dua tahun beberapa bulan dalam penjara, sudah 81 kali Ibnu Taimiyah mengkhatamkan tilawah Alquran.

Di penjara tesebut, Ibnu Taimiyah sakit. Seorang menteri minta izin untuk menjenguk beliau. Dalam pertemuan itu, sang menteri memohon maaf atas ketidakmampuannya mengeluarkan Ibnu Taimiyah dari penjara. Tapi, Ibnu Taimiyah langsung mengatakan bahwa semua ini bukan karena kesalahan sang menteri. Dan beliau memaklumi posisi menteri tersebut.

Ibnu Taimiyah pun mengatakan, “Aku telah memaafkan orang-orang yang telah berbuat salah kepadaku, kecuali mereka yang telah menjadi musuh Allah dan Rasul-Nya.”

Salah seorang murid beliau, Ibnu Katsir, menuturkan bahwa Syaikh Ibnu Taimiyah meninggal dunia pada malam Senin, tanggal 20 Dzulqa’dah 728 H di dalam penjara. Dan kalimat terakhir yang diucapkan adalah tilawahnya di Surah Al-Qamar ayat 54-55.

إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَنَهَرٍ
فِي مَقْعَدِ صِدْقٍ عِندَ مَلِيكٍ مُّقْتَدِرٍ

“Sesungguhnya orang-orang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai, di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Berkuasa.”

Dipetik dari SINI tanpa sebarang perubahan.

Share/Bookmark

Friday, January 27, 2012

Nota Tentang Sedekah Dalam Al Quran







Sedekah Dalam Al-Quran

Penemuan Di Dalam Al-Quran

Al-Quran > Surah Al- Baqarah> Ayat 195
Dan belanjakanlah (apa yang ada pada kamu) kerana (menegakkan) agama Allah, dan janganlah kamu sengaja mencampakkan diri kamu ke dalam bahaya kebinasaan (dengan bersikap bakhil) dan baikilah (dengan sebaik-baiknya segala usaha dan) perbuatan kamu; kerana sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang berusaha memperbaiki amalannya.

Al-Quran > Surah Al- Baqarah> Ayat 215
Mereka bertanya kepadamu (wahai Muhammad): Apakah yang akan mereka belanjakan (dan kepada siapakah)? Katakanlah: Apa jua harta benda (yang halal) yang kamu belanjakan maka berikanlah kepada: Kedua ibu bapa dan kaum kerabat dan anak-anak yatim dan orang-orang miskin dan orang-orang yang terlantar dalam perjalanan dan (ingatlah), apa jua yang kamu buat dari jenis-jenis kebaikan, maka sesungguhnya Allah sentiasa mengetahuiNya (dan akan membalas dengan sebaik-baiknya).

Al-Quran > Surah Al- Baqarah> Ayat 245
Siapakah orangnya yang (mahu) memberikan pinjaman kepada Allah sebagai pinjaman yang baik (yang ikhlas) supaya Allah melipatgandakan balasannya dengan berganda-ganda banyaknya? Dan (ingatlah), Allah jualah Yang menyempit dan Yang meluaskan (pemberian rezeki) dan kepadaNyalah kamu semua dikembalikan.

Al-Quran > Surah Al- Baqarah> Ayat 254
Wahai orang-orang yang beriman! Sebarkanlah sebahagian dari apa yang telah Kami berikan kepada kamu, sebelum tibanya hari (kiamat) yang tidak ada jual beli padanya dan tidak ada kawan teman (yang memberi manfaat), serta tidak ada pula pertolongan syafaat dan orang-orang kafir, mereka itulah orang-orang yang zalim.

Al-Quran > Surah Al- Baqarah> Ayat 261
Bandingan (derma) orang-orang yang membelanjakan hartanya pada jalan Allah, ialah sama seperti sebiji benih yang tumbuh menerbitkan tujuh tangkai; tiap-tiap tangkai itu pula mengandungi seratus biji dan (ingatlah), Allah akan melipatgandakan pahala bagi sesiapa yang dikehendakiNya dan Allah Maha Luas (rahmat) kurniaNya, lagi Meliputi ilmu pengetahuanNya.

Al-Quran > Surah Al- Baqarah> Ayat 262
Orang-orang yang membelanjakan hartanya pada jalan (agama) Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang mereka belanjakan itu dengan perkataan membangkit-bangkit (pemberiannya) dan tidak pula menyinggung atau menyakiti (pihak yang diberi), mereka beroleh pahala di sisi Tuhan mereka dan tidak ada kebimbangan (dari berlakunya kejadian yang tidak baik) terhadap mereka dan mereka pula tidak akan berdukacita.

Al-Quran > Surah Al- Baqarah> Ayat 263
(Menolak peminta-peminta sedekah) dengan perkataan yang baik dan memaafkan (kesilapan mereka) adalah lebih baik daripada sedekah (pemberian) yang diiringi (dengan perbuatan atau perkataan yang) menyakitkan hati dan (ingatlah), Allah Maha Kaya, lagi Maha Penyabar.

Al-Quran > Surah Al- Baqarah> Ayat 264
Wahai orang-orang yang beriman! Jangan rosakkan (pahala amal) sedekah kamu dengan perkataan membangkit-bangkit dan (kelakuan yang) menyakiti, seperti (rosaknya pahala amal sedekah) orang yang membelanjakan hartanya kerana hendak menunjuk-nunjuk kepada manusia (riak) dan dia pula tidak beriman kepada Allah dan hari akhirat. Maka bandingan orang itu ialah seperti batu licin yang ada tanah di atasnya, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu ditinggalkannya bersih licin (tidak bertanah lagi). (Demikianlah juga halnya orang-orang yang kafir dan riak itu) mereka tidak akan mendapat sesuatu (pahala) pun dari apa yang mereka usahakan dan (ingatlah), Allah tidak akan memberi petunjuk kepada kaum yang kafir.

Al-Quran > Surah Al- Baqarah> Ayat 265
Dan bandingan orang-orang yang membelanjakan hartanya kerana mencari keredaan Allah dan kerana meneguhkan (iman dan perasaan ikhlas) yang timbul dari jiwa mereka, adalah seperti sebuah kebun di tempat yang tinggi, yang ditimpa hujan lebat, lalu mengeluarkan hasilnya dua kali ganda. Kalau ia tidak ditimpa hujan lebat maka hujan renyai-renyai pun (cukup untuk menyiraminya) dan (ingatlah), Allah sentiasa Melihat akan apa yang kamu lakukan.

Al-Quran > Surah Al- Baqarah> Ayat 267
Wahai orang-orang yang beriman! Belanjakanlah (pada jalan Allah) sebahagian dari hasil usaha kamu yang baik-baik dan sebahagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu dan janganlah kamu sengaja memilih yang buruk daripadanya (lalu kamu dermakan atau kamu jadikan pemberian zakat), padahal kamu sendiri tidak sekali-kali akan mengambil yang buruk itu (kalau diberikan kepada kamu), kecuali dengan memejamkan mata padanya dan ketahuilah, sesungguhnya Allah Maha Kaya, lagi sentiasa Terpuji.

Al-Quran > Surah Al- Baqarah> Ayat 268
Syaitan itu menjanjikan (menakut-nakutkan) kamu dengan kemiskinan dan kepapaan (jika kamu bersedekah atau menderma) dan dia menyuruh kamu melakukan perbuatan yang keji (bersifat bakhil kedekut); sedang Allah menjanjikan kamu (dengan) keampunan daripadaNya serta kelebihan kurniaNya dan (ingatlah), Allah Maha Luas limpah rahmatNya, lagi sentiasa Meliputi PengetahuanNya.

 Al-Quran > Surah Al- Baqarah> Ayat 271
Kalau kamu zahirkan sedekah-sedekah itu (secara terang), maka yang demikian adalah baik (kerana menjadi contoh yang baik) dan kalau pula kamu sembunyikan sedekah-sedekah itu serta kamu berikan kepada orang-orang fakir miskin, maka itu adalah baik bagi kamu dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebahagian dari kesalahan-kesalahan kamu dan (ingatlah), Allah Maha Mengetahui secara mendalam akan apa yang kamu lakukan.

Al-Quran > Surah Al- Baqarah> Ayat 272
Tidaklah engkau diwajibkan (wahai Muhammad) menjadiKan mereka (yang kafir) mendapat petunjuk (kerana kewajipanmu hanya menyampaikan petunjuk), akan tetapi Allah jualah yang memberi petunjuk (dengan memberi taufik) kepada sesiapa yang dikehendakinya (menurut undang-undang peraturanNya) dan apa jua harta yang halal yang kamu belanjakan (pada jalan Allah) maka (faedahnya dan pahalanya) adalah untuk diri kamu sendiri dan kamu pula tidaklah mendermakan sesuatu melainkan kerana menuntut keredaan Allah dan apa jua yang kamu dermakan dari harta yang halal, akan disempurnakan (balasan pahalanya) kepada kamu dan (balasan baik) kamu (itu pula) tidak dikurangkan.

Al-Quran > Surah Al- Baqarah> Ayat 273
 (Pemberian sedekah itu) ialah bagi orang-orang fakir miskin yang telah menentukan dirinya (dengan menjalankan khidmat atau berjuang) pada jalan Allah (membela Islam), yang tidak berupaya mengembara di muka bumi (untuk berniaga dan sebagainya); mereka itu disangka: Orang kaya oleh orang yang tidak mengetahui halnya, kerana mereka menahan diri daripada meminta-minta. Engkau kenal mereka dengan (melihat) sifat-sifat dan keadaan masing-masing, mereka tidak meminta kepada orang ramai dengan mendesak-desak dan (ketahuilah), apa jua yang kamu belanjakan dari harta yang halal maka sesungguhnya Allah sentiasa Mengetahuinya.

Al-Quran > Surah Al- Baqarah> Ayat 274
Orang-orang yang membelanjakan (mendermakan) hartanya pada waktu malam dan siang, dengan cara sulit atau terbuka, maka mereka beroleh pahala di sisi Tuhan mereka dan tidak ada kebimbangan (dari berlakunya kejadian yang tidak baik) terhadap mereka, serta mereka pula tidak akan berdukacita.

Al-Quran > Surah Al- Baqarah> Ayat 276
Allah susutkan (kebaikan harta yang dijalankan dengan mengambil) riba dan Ia pula mengembangkan (berkat harta yang dikeluarkan) sedekah-sedekah dan zakatnya. Dan Allah tidak suka kepada tiap-tiap orang yang kekal terus dalam kekufuran, dan selalu melakukan dosa.

Al-Quran > Surah Al- Baqarah> Ayat 280
Dan jika orang yang berhutang itu sedang mengalami kesempitan hidup, maka berilah tempoh sehingga dia lapang hidupnya dan (sebaliknya) bahawa kamu sedekahkan hutang itu (kepadanya) adalah lebih baik untuk kamu, kalau kamu mengetahui (pahalanya yang besar yang kamu akan dapati kelak).

Al-Quran > Surah An-Nisaa'> Ayat 8
Dan apabila kerabat (yang tidak berhak mendapat pusaka) dan anak-anak yatim serta orang-orang miskin hadir ketika pembahagian (harta pusaka) itu, maka berikanlah kepada mereka sedikit daripadanya dan berkatalah kepada mereka dengan kata-kata yang baik.

Al-Quran > Surah An-Nisaa'> Ayat 39
Dan apakah (kerugian) yang akan menimpa mereka jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat, serta mereka mendermakan sebahagian dari apa yang telah dikurniakan Allah kepada mereka? Dan (ingatlah) Allah sentiasa Mengetahui akan keadaan mereka.

Al-Quran > Surah An-Nisaa'> Ayat 114
Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisik-bisikan mereka, kecuali (bisik-bisikan) orang yang menyuruh bersedekah atau berbuat kebaikan atau mendamaikan di antara manusia dan sesiapa yang berbuat demikian dengan maksud mencari keredaan Allah, tentulah Kami akan memberi kepadanya pahala yang amat besar

Dipetik dari SINI

Dan lagi.

"Bandingan pemberian orang-orang yang membelanjakan hartanya pada jalan Allah, sama seperti sebiji benih yang tumbuh mengeluarkan tujuh tangkai, setiap tangkai itu mengandungi 100 biji. Dan ingatlah, Allah akan melipatgandakan pahala bagi sesiapa yang dikehendakiNya dan Allah Maha Luas ( rahmatNya ) lagi meliputi ilmu pengetahuanNya". ( Al Baqarah : 261 )

DIPANJANGKAN UMUR & MENCEGAH AJAL YANG BURUK

Maksud sabda Rasulullah saw : "Sesungguhnya sedekah seseorang muslim itu memanjangkan umur dan mencegah dari mati dalam keadaan buruk dan Allah Taala pula menghapuskan sikap sombong dan membangga diri si penderma dengan sebab sedekahnya."  ( H.R. Tabrani )

MENOLAK BALA BENCANA

Maksud sabda Nabi saw : "Segeralah kamu bersedekah, kerana bala bencana itu tidak dapat melangkahi sedekah." ( H.R Al-Baihaqi )

Dari Abu Hurairah r.a katanya : Seorang lelaki menghadap Rasulullah saw lalu bertanya : Wahai Rasulullah! Sedekah mana satu yang lebih besar ?

Nabi saw menjawab : Engkau bersedekah ketika sihat dan sangat sayangkan hartamu; ketika engkau takutkan kepapaan dan berharap hendakkan kaya-raya. Janganlah engkau bertangguh untuk bersedekah, sehingga apabila nyawa sampai ke kerongkong, barulah engkau berkata :

Aku mahu bersedekah untuk si anu.. sekian untuk si anu dan sekian lagi untuk si anu. ( H.R Al-Bukhari )

Share/Bookmark

Sedangkan Pokok Menyintai Rasulullah SAW


Satu hadis daripada Anas bin Malik ra maksudnya:

“Sesungguhnya Nabi SAW berdiri pada hari Jumaat menyandarkan belakangnya kepada tunggul pohon kurma di masjid Nabi. Nabi SAW berkhutbah kepada manusia.

Selepas itu, seorang lelaki berasal dari Rum berkata, “Adakah kamu hendak aku buatkan mimbar yang boleh kamu duduk di situ dan ianya seumpama kamu berdiri?”

Lalu lelaki itu membuat mimbar yang ada dua anak tangga dan duduk di tingkat yang ketiga. Apabila Nabi SAW duduk di atas mimbar, pokok menguak seperti lembu menguak sehingga bergema masjid. Suara ini kerana sedih Rasulullah SAW meninggalkannya. Lalu Rasulullah SAW turun dari mimbar dan memeluknya dalam keadaan pokok itu menguak. Ia pun diam setelah dipeluk oleh Nabi SAW. Kemudian Nabi SAW bersabda:

أما والذي نفس محمد بيده لولم ألتزمه لما زال هكذا إلى يوم القيامة حزنا على رسول الله

“Demi tuhan yang mana diri Muhammad berada dalam kekuasaannya, kalau aku tidak mendakapnya, nescaya ia akan berbunyi sebegini sehinggalah hari kiamat. Ini kerana kesedihannya terhadap Rasulullah SAW.”

Hadis riwayat Bukhari – sahih

Hasan al-Basri akan menangis setiap kali meriwayatkan hadis ini. Beliau berkata:

“Kayu merengek kepada Rasulullah saw kerana rindukan Rasulullah saw kerana kedudukan baginda. Kamu lebih patut merindui untuk bertemu Rasulullah saw.”

Disedut dari SINI

Kita semakin mendekat atau semakin menjauh.

Allahu'lam.

Share/Bookmark

Nasihat Ibnu Mas'ud Tentang Hati







Nasihat Ibnu Mas’ud bila jiwa bercelaru maka bawalah hatimu mengunjungi tiga tempat.

Pertama, tempat orang membaca al-Quran. Engkau baca al-Quran atau engkau dengar baik-baik orang yang membacanya.

Kedua, engkau pergi ke majlis pengajian yang mengingatkan hatimu kepada Allah.

Ketiga, engkau cari waktu dan tempat yang sunyi. Di sana, engkau bertafakur mengabdikan diri kepada Allah.

Hati tenang, salah satu nikmat hidup seorang manusia.

“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhamu dengan hati yang puas lagi diredhaiNya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hambaKu. Dan masuklah ke dalam surgaKu” (Al-Fajr :27-30)


Share/Bookmark

Tuesday, January 24, 2012

Manusia Terbahagi Empat








Orang yang mengetahui dan mengetahui bahawa ia mengetahui, itulah orang pandai, maka ikutilah dia.

Orang yang mengetahui tapi tidak mengerti bahawa ia mengetahui, itulah orang yang lalai, maka peringatilah ia.

Orang yang tidak mengetahui dan ia mengerti bahawa ia tidak mengetahui, itulah orang yang sedar diri, maka ajarkanlah ia.

Orang yang tidak mengetahui dan tidak mengerti bahawa ia tidak mengetahui, itulah orang yang bodoh, maka tinggalkanlah ia.

Share/Bookmark

Saturday, January 21, 2012

Nota Tentang Nabi Selalu Kekurangan Makanan







Imam Muslim dan Tirmidzi telah meriwayatkan dari An Nu;man bin Basyir ra dia berkata; Bukankah kamu sekarang mewah dari makan dan minum , apa sahaja yang kamu mahu kamu mendapatkannya? aku pernah melihat Nabi kamu , Muhammad saw hanya mendapat kurma yang buruk sahaja untuk mengisi perutnya’.

Dalam riwayat Muslim pula dari Nu’man bin Basyir ra, katanya bahawa; pada suatu ketika Umar ra menyebut apa yang dinikmati manusia sekarang dari dunia. maka dia berkata, aku pernah melihat Rasulullah saw seharian menanggung lapar, kerana tiada makanan , kemudian tidak ada makanan yang didapatinya pula selain dari kurma yang buruk sahaja untuk mengisi perutnya’.

Satu riwayat yang diberitakan oleh Abu Nuaim, Khatib, Ibnu Asakir dan Ibnun Najjar dari Abu Hurairah ra , dia berkata; Aku pernah datang kepada Rasulullah ketika dia bersembahyang duduk, maka akupun bertanya kepada baginda, aku melihat engkau bersembahyang duduk, apakah engkau sakit , ya Rasulullah? jawab baginda, aku lapar , wahai Abu Hurairah. mendengar jawapan Baginda itu, aku terus menangis sedih melihatkan keadaan Baginda itu. Baginda merasa kasihan melihat aku menangis, lalu berkata, wahai Abu Hurairah! jangan menangis, kerana beratnya penghisaban nanti di hari kiamat tidak akan menimpa orang yang hidupnya lapar di dunia jika dia menjaga dirinya di kehidupan dunia.

Disesuaikan dari sini

Share/Bookmark

Friday, January 20, 2012

Nota Tentang Ujian







Dalam hadist Qudsi, Allah SWT berfirman:

"Wahai anak Adam! Apabila engkau terus bersabar (bila hilangnya sesuatu dari dirimu, dan engkau mengharapkan pahala dari-Ku, maka Aku tidak rela membalasmu dengan balasan yang lebih rendah dari Syurga."

Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh menakjubkan perkaranya orang Mukmin. Karena semua urusan orang Mukmin itu penuh kebaikan. Hal ini tidak akan terjadi pada orang lain, kecuali orang Mukmin saja. Jika ia mendapat kesenangan ia bersyukur, maka hal itu menjadi kebaikan baginya. Dan apabila ditimpa kesulitan, ia bersabar, maka hal itu pun menjadi kebaikan baginya." (HR. Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a Rasulullah saw bersabda, "Orang Mukmin, laki-laki atau perempuan, akan senantiasa diuji oleh Allah, dengan ujian akan dirinya, anaknya, atau hartanya sehingga dia menghadap Allah SWT tanpa membawa dosa sedikit pun." (HR. Imam Tirmidzi)

Share/Bookmark

Nota Tentang Zikir







Keutamaan zikir dan anjuran mengerjakannya di bawah, saya petik di sini. Sebagai nota dan rujukan buat diri.

Allah Ta’ala berfirman: “Dan sesungguhnya berdzikir kepada Allah itu adalah lebih besar -keutamaannya-.” (al-’Ankabut: 45)

Allah Ta’ala juga berfirman: “Maka berdzikirlah engkau semua kepadaKu, tentu Aku akan ingat padamu semua.” (al-Baqarah: 152)

Allah Ta’ala berfirman pula: “Dan berdzikirlah kepada Tuhanmu dalam hatimu dengan rendah hati dan takut dan bukan dengan suara keras, di waktu pagi dan petang dan janganlah engkau termasuk orang-orang yang lalai” (al-A’raf: 205)

Allah Ta’ala berfirman lagi: “Dan berdzikirlah engkau semua kepada Allah dengan sebanyak-banyaknya, supaya engkau semua berbahagia.” (al-Jumu’ah: 10)

Allah Ta’ala juga berfirman: “Sesungguhnya orang-orang Islam, lelaki dan perempuan,” sampai kepada firman Allah Ta’ala: “Dan orang-orang’yang berdzikir kepada Allah, lelaki dan perempuan dengan sebanyak-banyaknya, maka Allah menyediakan kepada mereka itu pengampunan serta pahala yang besar.” (al-Ahzab: 35)

Allah Ta’ala berfirman lagi: “Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah kepada Allah dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya dan Maha Sucikanlah Allah itu di waktu pagi dan sore,” sampai akhir ayat. (al-Ahzab: 41-42)

Ayat-ayat dalam bab ini banyak sekali dan dapat dimaklumi.

1405. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Ada dua kalimat yang ringan pada lisan -yakni mudah diucapkan, tetapi berat sekali dalam timbangan -di akhirat-, dicintai oleh Allah Maria Pengasih, yaitu Subhanallah wa bihamdih dan Subhanallahil ‘azhim.” Artinya: Maha Suci Allah dan dengan mengucapkan puji-pujian padaNya dan Maha Suci Allah yang Maha Agung. (Muttafaq ‘alaih)

1406. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya kalau saya mengucapkan: Subhanallah walhamdu lillah wa la ilaha illallah wallahu akbar -yg artinya: Maha Suci Allah, segenap puji bagi Allah, tiada Tuhan melainkan Allah dan Allah adalah Maha Besar-, maka itu adalah lebih saya sukai daripada apa saja yang matahari terbit atasnya -yakni lebih disukai dari dunia dan seisinya ini.” (Riwayat Muslim)

1407. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: “Barangsiapa mengucapkan: La ilaha illallah wahdahu la syarikalah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qadir -yg artinya: Tiada Tuhan melainkan Allah yang Maha Esa, tiada sekutu bagiNya. BagiNya adalah semua kerajaan dan puji-pujian dan Allah adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu-, dalam sehari seratus kali, maka ia memperoleh pahala yang menyamai dengan memerdekakan sepuluh orang hamba sahaya, juga untuknya dicatatlah sebanyak seratus kebaikan dan dihapuskanlah dari dirinya sebanyak seratus keburukan, juga ia dapat memperoleh perjagaan dari godaan syaitan pada harinya itu sampai waktu sore. Tiada seorangpun yang dapat memperoleh sesuatu yang lebih utama dari apa yang dilakukan oleh orang di atas itu, melainkan seorang yang mengerjakan lebih banyak dari itu.” Beliau s.a.w. selanjutnya bersabda: “Barangsiapa yang mengucapkan: Subhanallah wa bihamdih -Maha Suci Allah dan dengan mengucapkan puji-pujian padaNya-, dalam sehari sebanyak seratus kali, maka dihapuskanlah dari dirinya semua kesalahan-kesalahannya (dosa-dosa kecil), sekalipun kesalahan-kesalahannya itu banyaknya seperti buih lautan.” (Muttafaq ‘alaih)

1408. Dari Abu Ayyub al-Anshari r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: “Barangsiapa mengucapkan: La ilaha illallahu wahdahu la syarikalah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qadir -artinya lihat hadits no.1407-, sebanyak sepuluh kali, maka ia adalah sebagaimana seorang yang memerdekakan empat jiwa dari keturunan Ismail.” (Muttafaq ‘alaih)

1409. Dari Abu Zar r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda kepada saya: “Tidakkah engkau semua suka kalau saya beritahukan kepadamu perihal ucapan yang paling dicintai oleh Allah? Sesungguhnya ucapan yang paling dicintai oleh Allah ialah Subhanallah wa bihamdih.” (Riwayat Muslim)

1410. Dari Abu Malik al-Asy’ari r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Bersuci itu adalah separuh keimanan, bacaan Alhamdulillah itu adalah memenuhi beratnya timbangan -di akhirat, sedang Subhanallah dan Alhamdulillah itu memenuhi apa yang ada diantara langit dan bumi.” (Riwayat Muslim)

1411. Dari Sa’ad bin Abu Waqqash r.a., katanya: “Ada seorang A’rab -penghuni pedalaman negeri Arab- datang kepada Rasulullah s.a.w., lalu berkata: “Ajarkanlah kepada saya sesuatu ucapan yang baik saya ucapkan!” Beliau s.a.w. bersabda: “Katakanlah: La ilaha illallah wahdahu la syarikalah, Allahu Akbar kabira, walhamdu lillahi katsira, wa subhanallahi rabbil ‘alamin wa la haula wa la quwwata illa billahil ‘azizil hakim.” Artinya: Tiada Tuhan melainkan Allah yang Maha Esa, tiada sekutu bagiNya. Allah adalah Maha Besar dengan sebesar-besarnya, segala puji bagi Allah dengan sebanyak-banyaknya, Maha Suci Allah yang menguasai seluruh alam dan tiada daya serta tiada kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah yang Maha Mulia lagi Bijaksana. Orang A’rab tadi lalu berkata: “Itu semua adalah untuk memuji Tuhanku. Lalu manakah yang untuk kepentinganku?” Beliau s.a.w. bersabda: “Katakanlah: Allahummaghfir li warhamni wahdini warzuqni” -Ya Allah, berilah pengampunan pada saya, berilah kerahmatan, juga petunjuk dan rezeki kepada saya. (Riwayat Muslim)

1412. Dari Tsauban r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. itu apabila selesai dari shalatnya, beliau s.a.w. lalu mengucapkan istighfar -yakni ucapan Astaghfirullah, artinya: Saya mohon ampun kepada Allah-, sebanyak tiga kali, kemudian mengucapkan: Allahumma antas salam, wa minkas salam, tabarakta ya dzaljalali wal-ikram.” Ya Allah, Engkau adalah Maha Menyelamatkan, daripadaMulah datangnya keselamatan, Engkau Maha Tinggi, hai Zat yang memiliki keperkasaan dan kemuliaan. Kepada al-Auza’i ditanyakan -Beliau adalah salah seorang yang meriwayatkan Hadis-: “Bagaimanakah ucapan istighfar itu?” Ia menjawab: “Orang yang beristighfar itu supaya mengucapkan: Astaghfirullah, astaghfirullah.” (Riwayat Muslim)

1413. Dari Almughirah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. itu apabila selesai dari shalat dan telah bersalam, lalu mengucapkan: La ilaha illalahu wahdahu la syarikalah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qadir -artinya lihat hadits no.1407-. Allahumma la mani’a lima a’thaita wa la mu’thia lima mana’ta wa la yanfa’u dzaljaddi minkal jaddu -Ya Allah, tiada yang kuasa menolak terhadap apa saja yang Engkau berikan dan tiada yang kuasa memberi terhadap apa saja yang Engkau tolak dan tiada akan memberikan kemanfaatan kekayaan itu kepada orang yang me-milikinya daripada siksaMu. (Muttafaq ‘alaih)

1414. Dari Abdullah bin az-Zubair radhiallahu ‘Anhuma bahwasanya ia mengucapkan setiap selesai mengerjakan shalat dan bersalam: La ilaha illallahu wahdahu la syarikalah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qadir. Lahaula wa la quwwata illabillah. La ilaha illallahu wa la na’budu illa iyyahu, lahun ni’mati wa lahuts tsana-ul hasan. La ilaha illallahu mukhlishina lahuddina walau karihal kafirun. -Artinya: “Tiada Tuhan melainkan Allah yang Maha Esa, tiada sekutu bagiNya. BagiNya adalah semua kerajaan dan puji-pujian dan Allah adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tiada daya dan tiada kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah. Tiada Tuhan melainkan Allah dan kita tidak menyembah selain daripadaNya. BagiNyalah segala kenikmatan dan keutamaan dan bagiNya pula puji-pujian yang baik. Tiada Tuhan melainkan Allah, kita berikhlas hati menjalankan agama untukNya, sekalipun orang-orang kafir membencinya”-. Abdullah bin az-Zubair berkata: “Rasulullah s.a.w. biasa membaca dengan bacaan yang tersebut di atas itu sehabis setiap bershalat.” (Riwayat Muslim)

1415. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya kaum fakir dari golongan para sahabat Muhajirin mendatangi Rasulullah s.a.w. lalu berkata: “Orang-orang yang memiliki harta banyak itu sama pergi -yakni meninggal dunia- dengan membawa derajat yang tinggi-tinggi dan kenikmatan yang kekal. Sebabnya ialah karena mereka bershalat sebagaimana kita bershalat, mereka berpuasa sebagaimana kita berpuasa, lagi mereka mempunyai kelebihan dari harta-harta mereka dan dapat mereka gunakan untuk beribadah haji, berumrah, berjihad serta bersedekah.” Beliau s.a.w. lalu bersabda: “Tidakkah engkau semua suka kalau saya ajarkan kepadamu semua sesuatu yang dengannya itu engkau semua dapat mencapai pahala orang yang telah mendahuluimu dan dapat mendahului orang yang sesudahmu. Juga tiada seorangpun yang lebih utama pahalanya daripadamu semua, selain orang yang mengerjakan sebagaimana yang engkau kerjakan itu?” Mereka menjawab: “Baiklah, ya Rasulullah.” Beliau s.a.w. bersabda: “Hendaklah engkau semua membaca tasbih, tahmid dan takbir sehabis shalat -wajib- sebanyak tiga puluh tiga kali masing-masing.” Abu Shalih yang meriwayatkan hadits ini dari Abu Hurairah, ketika ditanya bagaimana cara menyebutkan tasbih, tahmid dan takbir itu, lalu menjawab: “Orang yang berdzikir itu supaya mengucapkan: “Subhanallah, Alhamdulillah dan Allahu Akbar -Maha Suci Allah dan segenap puji bagi Allah dan Allah adalah Maha Besar-.” Sehingga jumlah semuanya itu ada tiga puluh tiga kali. (Muttafaq ‘alaih) Imam Muslim menambahkan dalam riwayatnya: “Lalu kembalilah kaum fakir dari golongan sahabat Muhajirin itu kepada Rasulullah s.a.w. lalu mereka berkata: “Saudara-saudara kita yakni orang-orang yang berharta sudah sama mendengar apa yang kita kerjakan ini, kemudian merekapun mengerjakan seperti itu pula.” Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: “Yang sedemikian itu adalah keutamaan Allah yang diberikan kepada orang yang dikehendaki.” Addutsur adalah jamaknya datsrun dengan fathahnya dal dan saknahnya tsa’ yang bertitik tiga, artinya ialah harta yang banyak.

1416. Dari Abu Hurairah r.a. pula dari Rasulullah s.a.w. bersabda : “Barangsiapa yang membaca Subhanallah sehabis tiap bershalat -wajib- sebanyak tiga puluh tiga kali dan membaca Alhamdudillah sebanyak tiga puluh tiga kali dan pula membaca Allahu Akbar sebanyak tiga puluh tiga kali dan untuk menyempurnakan keseratusnya ia membaca: La ilaha illallahu wahdahu la syarikalah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qadir -artinya lihatlah dalam hadits no.1407-, maka diampunkanlah untuknya semua kesalahan-kesalahannya, sekalipun banyaknya itu seperti buih lautan.” (Riwayat Muslim)

1417. Dari Ka’ab bin ‘Ujrah r.a. dari Rasulullah s.a.w. sabdanya: “Beberapa penghujung yang tidak akan rugilah orang yang mengucapkannya atau yang mengerjakannya sehabis setiap shalat yang diwajibkan, yaitu tiga puluh tiga kali bacaan tasbih, tiga puluh tiga kali bacaan tahmid dan tiga puluh empat kali bacaan takbir.” (Riwayat Muslim)

1418. Dari Sa’ad bin Abu Waqqash r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. itu berta’awwudz -yakni berdoa untuk mohon perlindungan- pada setiap selesai shalat dengan kalimat-kalimat ini -yang artinya- “Ya Allah, saya mohon perlindungan kepadaMu daripada licik dan kikir, saya mohon perlindungan pula padaMu kalau saya sampai dikembalikan kepada serendah-rendahnya usia -yakni usia terlampau tua-, juga saya mohon perlindungan padaMu daripada fitnah dunia serta saya mohon perlindungan padaMu daripada fitnah kubur.” (Riwayat Bukhari)

1419. Dari Mu’az r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. mengambil tangannya dan berkata: “Hai Mu’az, demi Allah, sesungguhnya saya ini mencintaimu.” Beliau s.a.w. lalu melanjutkan sabdanya: “Saya berwasiat padamu, hai Mu’az, janganlah sekali-kali engkau meninggalkan setiap selesai bershalat mengucapkan -yang artinya: “Ya Allah, berilah saya pertolongan untuk tetap berdzikir kepadaMu, serta bersyukur kepadaMu dan beribadah secara baik kepadaMu.” Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih

1420. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Jikalau seorang diantara engkau semua bertasyahhud -yaitu mengucapkan bacaan Attahiyyat dan seterusnya-, maka pada penghabisannya hendaklah mohon perlindungan kepada Allah dari empat perkara. Maka supaya ia mengucapkan -yang artinya: “Ya Allah, sesungguhnya saya mohon perlindungan kepadaMu daripada siksa neraka Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah di waktu hidup dan setelah mati dan pula dari kejahatan fitnahnya Dajjal yang mengembara.” (Riwayat Muslim)

1421. Dari Ali r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. itu apabila berdiri mengerjakan shalat, maka salah satu dari yang terakhir sekali beliau ucapkan antara tasyahhud dan salam, yaitu bacaan -yang artinya: “Ya Allah, ampunilah dosa-dosa saya yang lampau dan yang akan datang, juga yang saya sembunyikan serta yang saya tampakkan, bahkan juga yang saya perlebih-lebihkan dan dosa yang Engkau adalah lebih mengetahui daripada saya sendiri. Engkau adalah Maha Mendahulukan serta Maha Mengakhirkan, tiada Tuhan melainkan Engkau.” (Riwayat Muslim)

1422. Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, katanya: “Nabi s.a.w. itu memperbanyak dalam mengucapkan ketika ruku’ dan sujudnya, yaitu Subhanakallahumma rabbana wa bihamdikallahummaghfirli -Maha Suci Engkau ya Allah, Tuhan kita dan dengan mengucapkan puji-pujian padaMu, ya Allah berilah pengampunan padaku.” (Muttafaq ‘alaih)

1423. Dari Aisyah radhiallahu ‘anha bahwasanya Rasulullah s.a.w. mengucapkan dalam ruku’ dan sujudnya: “Subbuhun quddusun Rabbul malaikati warruh - Maha Suci dan Maha Bersih, yaitu Tuhan semua malaikat serta Jibril.” (Riwayat Muslim)

1424. Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: “Adapun ketika ruku’ maka Maha Agungkanlah Tuhan di dalamnya, sedang ketika sujud, maka giatlah dalam berdoa, sebab nyata engkau semua akan dikabulkan doamu semua itu.” (Riwayat Muslim)

1425. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sedekat-dekat keadaan seorang hamba dari Tuhannya ialah di waktu ia sedang bersujud, maka perbanyakkanlah berdoa dalam sujud itu.” (Riwayat Muslim)

1426. Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. mengucapkan dalam sujudnya: Allahummaghfir li dzanbi kullahu, diqqabu wa jillahu wa awwalahu wa akhirahu wa ‘alaniatahu wa sirrabu - ya Allah, berilah pengampunan padaku akan semua dosaku, yang kecil dan yang besar, yang permulaan dan yang penghabisan, yang terang-terangan dan yang rahasia.” (Riwayat Muslim)

1427. Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, katanya: “Pada suatu malam saya kehilangan Nabi s.a.w., lalu saya selidiki, tiba-tiba beliau s.a.w. sedang melakukan ruku’ atau sujud dan di situ beliau mengucapkan: Subhanaka wa bihamdika la ilaha illa anta -Maha Suci Engkau dan dengan mengucapkan puji-pujian padaMu, tiada Tuhan melainkan Engkau.” Dalam riwayat lain disebutkan: “Lalu jatuhlah tanganku -Aisyah- pada kedua tapak kakinya yang bagian dalam dan beliau sedang ada di dalam masjid, sedang kedua tapak kaki itu didirikan. Diwaktu itu beliau s.a.w. mengucapkan -yang artinya: Ya Allah, sesungguhnya saya mohon perlindungan dengan keridhaanMu daripada kemurkaanMu dan dengan pengampunanMu dari siksaanMu. Juga saya mohon perlindungan padaMu, saya tidak menghitung-hitungkan pujian atasMu. Engkau adalah sebagaimana yang Engkau pujikan pada diriMu sendiri. (Riwayat Muslim)

1428. Dari Sa’ad bin Abu Waqqash r.a., katanya: “Kita semua berada di sisi Rasulullah s.a.w., lalu beliau bersabda: “Adakah seorang diantara engkau semua itu tidak kuasa mencari seribu kebaikan dalam setiap harinya?” Kemudian ada seorang dari golongan yang duduk-duduk di waktu itu bertanya pada beliau s.a.w.: “Bagaimanakah caranya mencari seribu kebaikan itu?” Beliau s.a.w. menjawab: “Hendaknya orang -yang ingin mendapat seribu kebaikan dalam sehari itu- tadi membaca tasbih seratus kali, maka untuknya dicatatlah sebanyak seribu kebaikan atau dihapuskanlah dari dirinya seribu kesalahan.” (Riwayat Muslim) Al-Humaidi berkata: “Demikianlah yang disebutkan dalam kitab Muslim yakni dengan kata-kata: “Au yuhaththu” -artinya: atau dihapuskan. Al-Barqani berkata: “Hadis ini diriwayatkan oleh Syu’bah dan juga Abu ‘Awanah dan Yahya al-Qaththan dari Musa yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari arahnya itu. Mereka mengatakan: Wa yuhaththu -artinya: dan dihapuskan, tanpa kata: “Alfin -yakni seribu.”

1429. Dari Abu Zar r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: “Atas setiap ruas tulang dari seorang diantara engkau semua itu pada setiap paginya harus ada masing-masing sedekahnya. Maka setiap sekali bacaan tasbih adalah sedekah, setiap sekali bacaan tahmid adalah sedekah, setiap sekali bacaan tahlil adalah sedekah, setiap sekali bacaan takbir adalah sedekah, memerintahkan kepada kebaikan juga sedekah, mencegah dari kemungkaran juga sedekah dan keseluruhannya itu dapat dicukupi oleh dua rakaat yang dikerjakan oleh seorang itu dari shalat Dhuha.” (Riwayat Muslim)

1430. Dari Ummul mu’minin yaitu Juwairiyah binti al-Harits radhiallahu ‘anha bahwasanya Nabi s.a.w. keluar dari rumahnya pada pagi hari ketika bershalat Subuh. Waktu itu Juwairiyah ada di dalam masjidnya. Kemudian beliau s.a.w. kembali setelah melakukan shalat Dhuha, sedangkan Juwairiyah duduk. Kemudian beliau s.a.w. bersabda: “Engkau masih tetap dalam keadaan di waktu tadi saya tinggalkan.” Juwairiyah menjawab: “Ya.” Nabi s.a.w. lalu bersabda: “Saya telah mengucapkan setelah meninggalkan engkau tadi empat macam kalimat, sebanyak tiga kali, andaikata kalimat-kalimat itu ditimbang dengan kalimat-kalimat yang engkau ucapkan sejak hari ini tadi, niscaya kalimat-kalimat yang saya ucapkan itu menang daripada yang engkau ucapkan. Kalimat-kalimat itu ialah: “Subhanallah wa bihamdihi ‘adada khalqihi wa ridba nafsihi wa zinata ‘arsyihi wa midada kalimatibi -Maha Suci Allah dan dengan mengucapkan puji-pujian padaNya, sebanyak hitungan makhluk-Nya, sesuai dengan keridhaan ZatNya, seberat timbangan ‘arasyNya dan sepanjang beberapa kalimatNya.” (Riwayat Muslim) Dalam riwayat Imam Muslim lainnya disebutkan: Subhanallah ‘adada khalqihi. Subhanalfah ridha nafsihi. Subhanallah zinata ‘arsyihi. Subbanallah midada kalimatihi.” Dalam riwayat Imam Tirmidzi disebutkan: Nabi s.a.w. bersabda: “Tidakkah engkau suka kalau saya ajari beberapa kalimat yang baik engkau membacanya, yaitu: Subhanallah ‘adada khalqihi, tiga kali; Subhanallah ridha nafsihi, tiga kali; Subhanatlah zinata ‘arsyihi, tiga kali; Subhanallah midada kalimatihi, tiga kali.”

1431. Dari Abu Musa al-Asy’ari r.a. dari Nabi s.a.w,, sabdanya: “Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Tuhannya dan orang yang tidak berdzikir kepadaNya ialah seperti orang yang hidup dan orang yang mati.” Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan juga diriwayatkan oleh Imam Muslim, yaitu sabda Nabi s.a.w. “Perumpamaan rumah yang di dalamnya digunakan untuk berdzikir kepada Allah dan rumah yang tidak digunakan untuk berdzikir kepada Allah adalah seperti benda yang hidup dan benda yang mati.”

1432. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: “Allah Ta’ala berfirman -dalam hadits qudsi: “Aku adalah menurut sangkaan -keyakinan- hambaKu kepadaKu. Aku adalah beserta hambaKu itu apabila ia berdzikir -ingat- kepadaKu. Maka jikalau ia berdzikir kepadaKu dalam dirinya, maka Akupun ingat padanya dalam diriKu dan jikalau ia berdzikir kepadaKu di kalangan orang banyak, maka Aku ingat pada orang itu di kalangan makhluk yang lebih baik dari mereka itu -yakni di kalangan para malaikat.” (Muttafaq ‘alaih)

1433. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Telah dahululah orang-orang yang menyendiri.” Para sahabat bertanya: “Siapakah orang-orang yang menyendiri itu, ya Rasulullah?” Beliau s.a.w. menjawab: “Mereka itu ialah yang sama berdzikir kepada Allah dengan sebanyak-banyaknya, baik lelaki ataupun perempuan.” (Riwayat Muslim) Maksudnya: Menyendiri dalam ingatnya kepada Allah di waktu orang-orang lain tidak mengingat kepadaNya. Inilah yang lebih dahulu memperoleh keridhaan Allah Ta’ala. Diriwayatkan Almufarridun dengan tasydidnya ra’ dan ada yang meriwayatkan dengan takhfifnya -yakni ra’nya tanpa syaddah lalu dibaca mufridun. Tetapi yang masyhur yang dikatakan oleh Jumhur Ulama ialah dengan tasydid.

1434. Dari Jabir r.a., katanya: “Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: “Seutama-utama dzikir ialah lafaz ‘La ilaha illallah’.” Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.

1435. Dari Abdullah bin Busr r.a. bahwasanya ada seorang lelaki berkata: “Ya Rasulullah, sesungguhnya syariat-syariat Islam sudah banyak -yakni hukum-hukumnya sudah lengkap- atas diriku, maka beritahukanlah kepada saya akan sesuatu yang saya dapat berpegang padanya.” Beliau s.a.w. bersabda: “Supaya lisanmu itu senantiasa basah dengan berdzikir kepada Allah.” Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.

1436. Dari Jabir r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: “Barangsiapa mengucapkan: Subhanallah wa bihamdih, maka ditanamlah untuknya sebatang pohon kurma dalam syurga.” Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.

1437. Dari Ibnu Mas’ud r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Saya bertemu Nabi Ibrahim a.s., pada malam saya di isra’ kan, lalu beliau berkata: “Hai Muhammad, sampaikanlah salam saya kepada umatmu dan beritahukanlah kepada mereka bahwasanya syurga itu bagus tanahnya, tawar airnya dan bahwasanya ia adalah merupakan tanah datar yang rata dan benih tanaman syurga itu ialah: ‘Subhanallah walhamdulillah wa la ilaha illallah wallahu akbar’.” Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.

1438. Dari Abuddarda’ r.a., katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tidakkah engkau semua suka kalau saya beritahukan kepadamu semua akan sebaik-baik amalanmu, juga seindah-indahnya bagi Tuhan yang Maha Merajaimu semua, serta yang tertinggi dalam derajat-derajatmu semua, bahkan lebih baik untukmu semua daripada menafkahkan emas dan perak, juga lebih baik untukmu semua daripada engkau semua bertemu dengan musuhmu lalu engkau tebas leher-leher mereka itu dan merekapun menebas leher-lehermu semua?” Para sahabat berkata: “Baiklah.” Beliau s.a.w. lalu bersabda: “Yaitu berdzikir kepada Allah Ta’ala.” Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi. Imam Hakim, Abu Abdillah mengatakan bahwa isnad hadits ini adalah shahih.

1439. Dari Sa’ad bin Abu Waqqash r.a. bahwasanya ia bersama Rasulullah s.a.w. masuk ke tempat seorang wanita dan di mukanya ada beberapa biji atau beberapa kerikil -batu-batu kecil- yang digunakan untuk menghitung tasbihnya, lalu beliau s.a.w. bersabda: “Tidakkah engkau suka kalau saya memberitahukan padamu tentang sesuatu yang lebih mudah untukmu daripada ini dan bahkan lebih utama?” Selanjutnya beliau s.a.w. bersabda: “Yaitu suatu bacaan -yang artinya: Maha Suci Allah sebanyak hitungan apa-apa yang diciptakan olehNya di langit. Maha Suci Allah sebanyak hitungan apa-apa yang diciptakan olehNya di bumi. Juga Maha Suci Allah sebanyak hitungan apa-apa yang ada diantara langit dan bumi. Maha Suci Allah sebanyak hitungan apa-apa yang diciptakan olehNya. Allah adalah Maha Besar sebanyak seperti itu pula. Segenap puji bagi Allah sebanyak seperti itu pula. Tiada Tuhan melainkan Allah sebanyak seperti itu pula dan tiada daya serta tiada kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah sebanyak seperti itu pula.” Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.

1440. Dari Abu Musa al-Asy’ari r.a., katanya: “Rasulullah sa..w. bersabda kepadaku: “Tidakkah engkau suka kalau saya tunjukkan kepadamu pada sesuatu gedung simpanan dari beberapa gedung simpanan syurga?” Saya -Abu Musa- berkata: “Baiklah, ya Rasulullah.” Beliau s.a.w. lalu bersabda: “Yaitu ucapan: La haula wala quwwata illa billah -Tiada daya dan tiada kekuatan, melainkan dengan pertolongan Allah.” (Muttafaq ‘alaih)


Share/Bookmark

Tuesday, January 17, 2012

Manusia Hanya Dapat Dipuaskan Dengan Tanah







1739.Terjemahan Hadis.
Dari Ibnu Abbas r.a katanya : Saya dengar Rasulullah SAW. bersabda : "Seandainya seorang anak Adam(manusia) mempunyai harta sepenuh dua lembah, tentulah ia meminta agar diberi harta selembah lagi. Rongga batang tubuh anak Adam itu hanya dapat dipenuhi (dipuaskan) dengan tanah. Setelah itu Tuhan memberi taubat kepada siapa yang bertaubat. (Riwayat Imam Bukhari)

Share/Bookmark

Saturday, January 07, 2012

Mutiara Hamka







Kata-kata yang lemah dan beradab dapat melembutkan hati dan manusia yang keras. (HAMKA)

Share/Bookmark

Friday, January 06, 2012

Ziarah Yang Membawa Kecintaan Allah







Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah s.a.w. telah bersabda, “Seorang lelaki telah pergi menziarahi saudaranya di sebuah pekan. Lalu Allah hantarkan Malaikat untuk mengekorinya di perjalanan itu. Apabila Malaikat itu bertemu dengan pemuda lelaki tersebut, dia bertanya: Kamu mahu ke mana? Lelaki itu menjawab: Aku mahu menziarahi saudaraku di pekan ini. Malaikat tersebut bertanya lagi: Apakah engkau mempunyai sebarang kepentingan yang ingin diperolehi daripadanya? Lelaki itu menjawab: Tidak, aku menziarahinya semata-mata kerana aku sayangkan dia kerana Allah. Malaikat tersebut berkata: Sesungguhnya aku ini adalah utusan Allah kepadamu. Aku diperintahkan untuk memberitahumu bahawa Allah mencintaimu sebagaimana engkau mencintai saudaramu itu kerana-Nya” (riwayat Muslim 2567)

Share/Bookmark

Thursday, January 05, 2012

Gunakanlah Lima Yang Ada Sebelum Lima Datang







Gunakanlah 5 perkara sebelum datang 5 perkara iaitu ;

i. Masa muda sebelum tua
ii. Sihat sebelum sakit
iii. Kaya sebelum miskin
iv. Lapang sebelum sempit
v. Dan hidup sebelum mati. (HR Al Hakim dan Al- Baihaqi)

Sihat dan masa lapang, dua perkara yang sering manusia lalai dengannya, seperti yang disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan dalam Sahih Bukhari.

Share/Bookmark